z
AWALNYA tersebar berita, ada lebih dari 50 penduduk di Ponorogo, Jawa Timur, yang eksodus ketujuan Malang buat menyiapkan diri dari hari kiamat.
Terakhir jumlah semakin bertambah. Penduduk yang saat ditotal sejumlah beberapa ratus orang kerjakan hal yang sama: selamatkan diri saat hari kiamat, yang konon bakal jatuh pada 2022 atau bertambah cepat!
Penduduk di Ponorogo tidak sekedar eksodus, tapi juga berikan kemampuan gejolak sosial. Hampir semuanya jual rumah mereka pada harga miring.
Ada yang Rp 20 juta, Rp 25 juta, sampai termahal Rp 35 juta. Meskipun sebenarnya, harga umumnya masih beberapa ratus juta rupiah.
Kejadian yang juga sama berlangsung di Mojokerto, Jombang, serta yang paling banyak yang lain, Jember. Gak cuma rumah, seluruhnya harta benda mereka di jual, bahkan juga ijazah serta uang gak diperlukan. "Gak laris !" kata mereka.
Saya datang ke satu diantaranya wilayah di Mojokerto. Waktu saya datang disana, satu orang penduduk menangis gak henti.
Dia mengingat cucu balitanya yang kembar serta sekarang berbarengan ke-2 orang-tua balita itu, Zainuddin, pindah dalam suatu ponpes di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Saya menyaksikan juga kalau rumah punya penduduk itu telah di jual. Luasnya 100 mtr. persegi, harga umumnya Rp 150 juta, akan tetapi dilepaskan kilat cuma Rp 35 juta.
Keluarga Zainuddin melepas seluruhnya harta bendanya, gak sisa. Sekarang mereka tinggal di Pondok Pesantren Kasembon di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Apa kata sang pemimpin?
Gak berhenti di sini, saya coba tembus perjalanan dari Mojokerto ketujuan pinggiran Kediri serta Malang, Jawa Timur, persis di kaki Gunung Arjuno.
Saya berjumpa dengan pemimpin paling tinggi ponpes disana, Muhammad Romli alias Gus Romli. Kebetulan waktu saya datang, shalat Zuhur akan dilaksanakan.
Sebelum shalat berjamaah, saya luangkan buat menanyakan pada banyak dari mereka. Apa yang saya temukan? Nyatanya mereka gak cuma datang dari Jawa Timur. Ada yang datang dari Jawa Tengah, Jawa Barat, sampai lokasi Jabodetabek.
Ada juga yang menuturkan datang dari beberapa propinsi di Pulau Sumatera, diantaranya Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, serta Jambi.
Tidak semua dari mereka jual rumah serta harta bendanya. Beberapa memang tinggalkan rumah mereka serta punya niat buat selama-lamanya ada di ponpes ini. Beberapa dari mereka cuma mengontrakkan tempat tinggalnya serta menyambung hidup hasil dari kontrakan mereka.
Saya tanyakanlah pada Gus Romli, apa sebagai basic kalau kiamat bakal lekas berlangsung?
Dia menolak kalau kiamat yang dituju sambil meluruskan kalau yang bakal berlangsung ialah serangkaian insiden akhir era yang dimaksud dengan dukhon. Dukhon, menurut Gus Romli, ialah meteor jatuh yang menerjang bumi serta membuat kehancuran kritis untuk seluruhnya manusia.
Terkecuali pada beberapa orang bertakwa, yang bakal terserang cuma seperti penyakit influenza. Ciri khusus seperti yang dikatakan dalam hadis yang dikatakan Gus Romli ialah keringnya Danau Tiberias di Israel.
Danau Tiberias serta huru-hara meteor
Media pers tenar di Israel, Haaretz, mengatakan kalau sekarang volume Danau Tiberias atau Danau Galilea di dekat dataran tinggi Golan terus berkurang, akan tetapi belum kering seluruhnya.
Romli mengalkulasi kalau dalam saat 3 tahun ke depan, Danau Tiberias bakal lekas kering serta ini punya arti dukhon bakal lekas berlangsung.
Bagaimana kalau insiden yang dikatakan Romli tidak berlangsung, sesaat beberapa santrinya telah jual rumah serta seluruhnya harta bendanya?
Romli menuturkan kalau mereka tetap akan ada di pesantrennya. Dia janji bakal mendukung kehidupan beberapa santrinya, bukan sebaliknya.
"Wong (mobil) Pajero saya saja telah saya jual. Tanah saya saya relakan mereka bangun rumah disana. Jadi bukan saya yang minta-minta ke santri," tutur Romli.
Awal mulanya Kepala Polres Batu Malang Jawa Timur AKBP Budi Hermanto pernah bertandang ke pondok pesantren punya Romli. Budi menyebutkan, tidak ada tindak pidana yang berlangsung disana.
Disamping itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indarparawansa, yang Ketua Muslimat Nahdhatul Ulama (NU), tengah mengharap deretan serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) ditempat mengusut apa yang sebenarnya berlangsung, termasuk juga terdapatnya tanda-tanda motif ekonomi dalam soal ini.
Gejolak sosial sesudahnya
Terlepas dari pro kontra ini, ada kemampuan gejolak sosial pada beberapa tahun seterusnya waktu beberapa ratus santri bersama keluarganya kembali serta gak mendapatkan serangkaian insiden akhir era. Mereka kembali dengan harta benda yang semuanya udah di jual.
Ini satu soal yang harus diprediksi oleh keluarga serta pemerintah ditempat. Biarpun di luar semuanya itu, tiada satu lantas makhluk, termasuk juga manusia, yang terlepas dari pemberian rezeki-Nya. Termasuk juga kiamat yang tentunya akan tiba, serta cuma Tuhan yang Maha Memiliki ilmu yang tahu, tanpa ada seseorang lantas tahu.