Di Indonesia, santet atau teluh, sihir, tenung, serta beberapa hal yg dilihat bersumber dari dunia lain (otherworldly power) udah lama diketahui. Hampir tiap wilayah miliki rutinitas mengantarkan kekuatan negatif jarak jauh bermaksud mencelakai orang. Serta Banten dipandang seperti pusatnya.
Menurut sejarawan Edi S. Ekadjati, seperti dilansir A. Masruri dalam The Secret of Santet, pengetahuan teluh atau santet yakni warisan masa dulu yg terus bertahan dalam warga Sunda sampai sekarang. Edi mengacu naskah lontar yg dicatat pada era ke-6, Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Naskah ini mengatakan teluh yakni perasaan sakit hati, murung, serta tidak puas yg diarahkan terhadap orang.
Dalam disertasinya di Kampus Indonesia berjudul “Reaksi Sosial Pada Terduga Dukun Teluh di Pedesaan Banten Jawa Barat (1985-1990)”, krimonolog Tb. Ronny Nitibaskara menerangkan kalau praktik pengetahuan santet atau teluh di lokasi Banten udah dihayati dari periode ke periode semenjak era Banten Lama atau sebelum masuknya Islam. Tetapi, praktik itu semakin lebih mencolok malahan sesudah Islam dipercayai oleh masyarakat Banten. Ini diakibatkan pada waktu Hindu serta Budha, beberapa unsur praktik magis kelihatan samar serta bercampur-baur dengan bagian keyakinan animisme-dinamisme.
Menurut kepercayaan masyarakat Banten, ada berbagai pengetahuan teluh berdasar pada langkahnya: teluh angin, teluh banyu, teluh geni, serta teluh pangjarahan. Dua yg pertama berkirim beberapa benda seperti jarum, paku, serta beling (pecahan kaca) melalui angin serta air. Teluh geni (api/baja) berikan hasil tambah cepat, dengan masukkan pisau kecil ke suatu gelas, ditutup kain, serta dibacakan mantra-mantra; kalau pisau hilang serta air berubah menjadi merah tanda-tanda korban tidak lama alami musibah. Sesaat teluh pangjarahan dilaksanakan dengan memohon terhadap roh halus yg menduduki kuburan.
Sedikit ada ketidakcocokan praktik yg dilaksanakan dukun teluh di Banten Selatan dengan Banten Utara. “Kalau di Banten Selatan banyak korban menanggung derita hingga sampai wafat, dan di Banten Utara si korban cuma dibikin sakit,” tuliskan Ronny.
Warga Banten, pemuka agama, serta dukun lain berikan cap kalau kesibukan dukun teluh berseberangan dengan agama Islam. “Apabila dalam hukum resmi tidak dapat di buktikan jadi kejahatan, dari bagian reaksi sosial hal tersebut paling kurang bisa dijelaskan jadi kejahatan terselubung,” tuliskan Ronny.