Mengungkap 7 Mitos Yang Mencekam di Gunung Ciremai - Telah jadi salah satunya gunung paling tinggi di Jawa Barat dan salah satunya gunung yang paling ditunggu untuk dieksplorasi, Gunung Ciremai, gunung yang disukai oleh beberapa pendaki, baik pendaki dari dalam negeri sendiri, atau pendaki dari luar negeri.
Tidak disangsikan keindahan alamnya, Gunung Ciremai seringkali kelihatan ramai waktu berlibur panjang atau mendekati akhir minggu. Keramaian itu jelas karena oleh beberapa pendaki yang akan naik ke gunung itu.
Gan, tidak hanya keindahan alamnya yang tidak disangsikan , apa lo tahu mengenai beberapa mitos yang berada di gunung itu? Ya, Gunung Ciremai salah satu gunung yang berada di Jawa Barat yang cerita-cerita mitosnya jadi daya tarik tertentu.
Kesempatan ini, lo tidak dibawa untuk tahu keindahan alam yang berada di Gunung Ciremai. Tetapi, kesempatan ini lo akan dibawa untuk menyingkap tujuh mitos yang berada di Gunung Ciremai, yang membuat beberapa pendaki maju mundur untuk mendaki gunung itu.
Mitos pertama yang dapat lo tahu keberadaanya di Gunung Ciremai ialah biasanya muncuk kakek-kakek dengan jubah atau pakaian berwarna putih.
Persisnya berada di Batu Lingga, satu batu besar yang konon tuturnya dulu digunakan oleh bertapa oleh beberapa beberapa orang hebat. Beberapa orang hebat saat itu ialah kakek dari Kanjeng Sunan Gunung Jati, serta sampai Kanjeng Sunannya sendiri, turut bertapa di atas batu itu.
Figur kakek dengan jubah putih sering kelihatan disekitaran Batu Lingga itu. Serta, figur itu seringkali menampakan dianya waktu ada pendaki yang melewati jalan pendakian itu. Dari narasi di atas, kakek dengan jubah putih itu, dipercaya ialah Kanjeng Sunan Gunung Jati serta beberapa orang hebat yang lain.
Sampai sekarang, belumlah ada yang dapat menerangkan, munculnya figur itu dengan hubungan beberapa pendaki. Yang pasti, beberapa pendaki dianjurkan tidak untuk mengganggu tempat itu, atau serta merusaknya.
Mitos Nyi Linggi dengan 2 macan tutul sudah seringkali terdengar dari mulut beberapa pendaki yang habis mendaki Gunung Ciremai. Masih terkait dengan Batu Lingga, lacak memiliki lacak nyatanya Nyi Linggi ialah orang yang melanjutkan pertapaan di Batu Lingga itu.
Entahlah bermaksud apa waktu itu, Nyi Linggi yang belum genap mengakhiri pertapaannya, telah wafat di atas Batu Lingga itu. Konon tuturnya, dulu warga ditempat temukan jasad Nyi Linggi tidak bernyawa di atas batu itu.
Mengenai dua macan tutul yang menemaninya? Hal itu yang sampai saat ini tidak terjawab, sebab tidak ada yang mengetahui tentu ke mana binatang kecintaan dari Nyi Linggi itu pergi. Saat ini, beberapa pendaki sering dipertunjukkan seorang nenek yang duduk di atas batu lingga itu dengan ditemani dua macan tutul yang besar.
Beberapa pendaki Gunung Ciremai seringkali diperdengarkan suara gamelan yang melantun halus ditengah-tengah perjalanan mereka. Tidak jelas siapa yang mainkan alat musik tradisionil Jawa itu, tetapi konon bila lo dengar gamelan itu, masih pada jalan pendakian serta sama-sama berpegangan dengan rekan pendakian lo.
Beberapa pendaki senior yakin bila suara gamelan itu ialah tingkah dari mahluk halus yang tinggal di Gunung Ciremai, yang ingin mengelabui beberapa pendaki supaya tersesat, serta keluar dari jalan pendakiannya. Oleh karenanya, bila terdengar suara gamelan, secepatnya berpegangan serta masih pada jalan yang telah dipastikan.
Dua figur binatang ini sering hadir serta temani beberapa pendaki yang tengah dalam perjalanannya untuk pucuk Gunung Ciremai. Jalak hitam yang seringkali kelihatan ada di pos VI seolah menjemput beberapa pendaki untuk meneruskan perjalanannya, serta tawon hitam yang akan mengganggu perjalanan itu.
Beberapa pendaki yakin jika pada intinya, waktu mendaki gunung, beberapa pendaki diinginkan tidak untuk iseng mengganggu binatang yang berada di jalan pendakian. Oleh karenanya, misteri jalak hitam serta tawon hitam ini masih tinggalkan pertanyaan besar.
Tanjakan ini populer di golongan beberapa pendaki, terutamanya pendaki gunung-gunung di Jawa Barat seperti Gunung Ciremai ini. Tanjakan Bapa Tere ialah track pendakian yang bisa membuat lo merayap seperti Komodo.
Ada dua fakta kenapa tanjakan ini dinamakan Bapa Tere. Fakta pertama ialah sebab tracknya yang cukup melawan, tanjakan ini seperti seorang Bapak Tiri yang tengah menganiaya anaknya. Lantas, fakta ke-2 ialah narasi simpang siur yang banyak juga dipercaya oleh beberapa pendaki.
Dulu, konon ada seorang Bapak Tiri yang ajak anaknya untuk mendaki Gunung Ciremai. Tetapi, bukan penjelajahan yang didapat oleh anak itu, tetapi nyawanya yang melayang-layang sebab dibunuh oleh Bapak Tirinya di tanjakan ini.
Walau memiliki narasi itu, tanjakan ini penuh rintangan serta perlu tenaga tambahan untuk melebihi serta menaklukannya.
Sebelum pergi berpetualang ke Gunung Ciremai, banyak beberapa pendaki yang lakukan ritual injak bumi 3x serta memberi salam. Ini diakui jadi ritual supaya tidak terganggu mahluk halus waktu mulai perjalanan mendaki Gunung Ciremai.
Minimal ada tiga pantangan yang jangan dikerjakan oleh beberapa pendaki waktu mendaki Gunung Ciremai. Yang pertama ialah merintih. Konon tuturnya, Gunung Ciremai bisa dengar keluhan lo serta justru jadikan hal itu hal yang seringkali lo dapatkan.
Ke-2 ialah buang air kecil serta buang air besar asal-asalan. Ke-3, ialah tetap ucapkan salam setiap berjumpa pos istirahat sepanjang perjalanan.
Wah, bagaimana nih gan? Dengan jejeran mitos-mitos yang telah dikisahkan di atas, apa lo telah makin ingin tahu dengan Gunung Ciremai, serta siap untuk mendaki dan menaklukan puncaknya?
Tidak disangsikan keindahan alamnya, Gunung Ciremai seringkali kelihatan ramai waktu berlibur panjang atau mendekati akhir minggu. Keramaian itu jelas karena oleh beberapa pendaki yang akan naik ke gunung itu.
Gan, tidak hanya keindahan alamnya yang tidak disangsikan , apa lo tahu mengenai beberapa mitos yang berada di gunung itu? Ya, Gunung Ciremai salah satu gunung yang berada di Jawa Barat yang cerita-cerita mitosnya jadi daya tarik tertentu.
Kesempatan ini, lo tidak dibawa untuk tahu keindahan alam yang berada di Gunung Ciremai. Tetapi, kesempatan ini lo akan dibawa untuk menyingkap tujuh mitos yang berada di Gunung Ciremai, yang membuat beberapa pendaki maju mundur untuk mendaki gunung itu.
Mitos pertama yang dapat lo tahu keberadaanya di Gunung Ciremai ialah biasanya muncuk kakek-kakek dengan jubah atau pakaian berwarna putih.
Kakek Dengan Jubah Putih
Persisnya berada di Batu Lingga, satu batu besar yang konon tuturnya dulu digunakan oleh bertapa oleh beberapa beberapa orang hebat. Beberapa orang hebat saat itu ialah kakek dari Kanjeng Sunan Gunung Jati, serta sampai Kanjeng Sunannya sendiri, turut bertapa di atas batu itu.
Figur kakek dengan jubah putih sering kelihatan disekitaran Batu Lingga itu. Serta, figur itu seringkali menampakan dianya waktu ada pendaki yang melewati jalan pendakian itu. Dari narasi di atas, kakek dengan jubah putih itu, dipercaya ialah Kanjeng Sunan Gunung Jati serta beberapa orang hebat yang lain.
Sampai sekarang, belumlah ada yang dapat menerangkan, munculnya figur itu dengan hubungan beberapa pendaki. Yang pasti, beberapa pendaki dianjurkan tidak untuk mengganggu tempat itu, atau serta merusaknya.
Nyi Linggi Dengan Dua Macan Tutul
Mitos Nyi Linggi dengan 2 macan tutul sudah seringkali terdengar dari mulut beberapa pendaki yang habis mendaki Gunung Ciremai. Masih terkait dengan Batu Lingga, lacak memiliki lacak nyatanya Nyi Linggi ialah orang yang melanjutkan pertapaan di Batu Lingga itu.
Entahlah bermaksud apa waktu itu, Nyi Linggi yang belum genap mengakhiri pertapaannya, telah wafat di atas Batu Lingga itu. Konon tuturnya, dulu warga ditempat temukan jasad Nyi Linggi tidak bernyawa di atas batu itu.
Mengenai dua macan tutul yang menemaninya? Hal itu yang sampai saat ini tidak terjawab, sebab tidak ada yang mengetahui tentu ke mana binatang kecintaan dari Nyi Linggi itu pergi. Saat ini, beberapa pendaki sering dipertunjukkan seorang nenek yang duduk di atas batu lingga itu dengan ditemani dua macan tutul yang besar.
Suara Gamelan Yang Terdengar Waktu Pendakian
Beberapa pendaki Gunung Ciremai seringkali diperdengarkan suara gamelan yang melantun halus ditengah-tengah perjalanan mereka. Tidak jelas siapa yang mainkan alat musik tradisionil Jawa itu, tetapi konon bila lo dengar gamelan itu, masih pada jalan pendakian serta sama-sama berpegangan dengan rekan pendakian lo.
Beberapa pendaki senior yakin bila suara gamelan itu ialah tingkah dari mahluk halus yang tinggal di Gunung Ciremai, yang ingin mengelabui beberapa pendaki supaya tersesat, serta keluar dari jalan pendakiannya. Oleh karenanya, bila terdengar suara gamelan, secepatnya berpegangan serta masih pada jalan yang telah dipastikan.
Figur Jalak Hitam serta Tawon Hitam
Dua figur binatang ini sering hadir serta temani beberapa pendaki yang tengah dalam perjalanannya untuk pucuk Gunung Ciremai. Jalak hitam yang seringkali kelihatan ada di pos VI seolah menjemput beberapa pendaki untuk meneruskan perjalanannya, serta tawon hitam yang akan mengganggu perjalanan itu.
Beberapa pendaki yakin jika pada intinya, waktu mendaki gunung, beberapa pendaki diinginkan tidak untuk iseng mengganggu binatang yang berada di jalan pendakian. Oleh karenanya, misteri jalak hitam serta tawon hitam ini masih tinggalkan pertanyaan besar.
Misteri Tanjakan Bapa Tere
Tanjakan ini populer di golongan beberapa pendaki, terutamanya pendaki gunung-gunung di Jawa Barat seperti Gunung Ciremai ini. Tanjakan Bapa Tere ialah track pendakian yang bisa membuat lo merayap seperti Komodo.
Ada dua fakta kenapa tanjakan ini dinamakan Bapa Tere. Fakta pertama ialah sebab tracknya yang cukup melawan, tanjakan ini seperti seorang Bapak Tiri yang tengah menganiaya anaknya. Lantas, fakta ke-2 ialah narasi simpang siur yang banyak juga dipercaya oleh beberapa pendaki.
Dulu, konon ada seorang Bapak Tiri yang ajak anaknya untuk mendaki Gunung Ciremai. Tetapi, bukan penjelajahan yang didapat oleh anak itu, tetapi nyawanya yang melayang-layang sebab dibunuh oleh Bapak Tirinya di tanjakan ini.
Walau memiliki narasi itu, tanjakan ini penuh rintangan serta perlu tenaga tambahan untuk melebihi serta menaklukannya.
Injak Bumi 3X serta Salam
Sebelum pergi berpetualang ke Gunung Ciremai, banyak beberapa pendaki yang lakukan ritual injak bumi 3x serta memberi salam. Ini diakui jadi ritual supaya tidak terganggu mahluk halus waktu mulai perjalanan mendaki Gunung Ciremai.
Pantangan Waktu Mendaki Gunung Ciremai
Minimal ada tiga pantangan yang jangan dikerjakan oleh beberapa pendaki waktu mendaki Gunung Ciremai. Yang pertama ialah merintih. Konon tuturnya, Gunung Ciremai bisa dengar keluhan lo serta justru jadikan hal itu hal yang seringkali lo dapatkan.
Ke-2 ialah buang air kecil serta buang air besar asal-asalan. Ke-3, ialah tetap ucapkan salam setiap berjumpa pos istirahat sepanjang perjalanan.
Wah, bagaimana nih gan? Dengan jejeran mitos-mitos yang telah dikisahkan di atas, apa lo telah makin ingin tahu dengan Gunung Ciremai, serta siap untuk mendaki dan menaklukan puncaknya?