Lontar Ratu Ning Usada, seperti namanya Ratu (raja), Ning (dari), Usada (pengetahuan penyembuhan) raja dari semua pengetahuan penyembuhan, adalah satu diantara lontar yang mengkaji soal penyembuhan. Gak cuma itu, dalam lontar itu ada teknik menganalisa penyakit, dan mengkaji tentang penyakit. Semua tipe penyakit yang diulas pada lontar itu berwujud penyakit panas, sakit perut, tangan kepek, sampai jaran goyang.
“Siapa sich yang gak tahu dengan arti jaran goyang, hingga ada lagunya juga. Arti itu udah ada semenjak zaman dulu yang mempunyai makna pelet. Menurut Lontar, jaran goyang adalah sisi dari sastra lisan yang berwujud mantra. Mantra semacam pengasihan ini berkembang di orang Suku Osing Jawa,” kata Staf Unit Pelaksana Tekhnis Fakultas Pengetahuan Budaya yang sekalian pakar penerjemah, Putu Eka Untuk Yasa, S.S., M.Hum, Jumat (30/3).
Dalam Ratu Ning Usada nama penyakit itu merupakan Pemali Jaran Goyang. Sinyal tanda dari penyakit itu benar-benar simpel, orang yang terserang penyakit itu rata-rata bakal inguh atau yang lebih diketahui dengan arti bingung serta bingung seperti orang edan.
Mungkin ada banyak orang yang menanyakan tentang nama, seperti yang didapati Lontar Ratu Ning Usada adalah lontar yang gunakan bahasa Jawa Kuno serta Bali Kuno seta Bahasa Sansekerta. Perihal ini pula yang sebabkan terdapatnya bahasa itu. Eka pula mengatakan kalau buat menafsirkan lontar itu tidak gampang.
“Banyak teknik buat pelajari pengetahuan itu, terkait di wilayah mansing-masing. Ada yang lakukan sumpah oleh gurunya, ada yang dengan bertapa, serta yang lain,” bebernya sambil memnerjemahkan Lontar Ratu Ning Usada.
Eka yang kala itu didapati di Fakultas Pengetahuan Budaya Kampus Udayana, mengatakan kalau pelet itu tidak sekedar ditujukan buat seseorang saja. Tapi dapat diperlukan ke beberapa orang. Satu diantara contoh-contohnya buat cari suatu popularitas. Apabila zaman dulu mungkin sedikit orang yang gunakan buat popularitas, pengetahuan itu lebih buat kepentingan perorangan.
“Dalam lontar ini memang dikatakan, kalau siapapun yang kuasai pengetahuan itu begitu gampang buat tundukkan musuh tipe. Tiap perkataan yang disampaikan oleh mereka yang mempunyai pengetahuan, tentu akan dituruti,” imbuhnya.
Disaksikan dari asal mula awal, jaran gorang memang datang dari suku Osing Jawa. Eka mengatakan, sambungnya, Suku Osing mengakui terdapatnya empat pengetahuan, ialah pengetahuan merah, pengetahuan kuning, pengetahuan hitam, serta pengetahuan putih. Pengetahuan merah berkenaan dengan perasaan cinta, pengetahuan kuning tentang jabatan, pengetahuan hitam buat menyakiti, serta pengetahuan putih buat membuat sembuh.
“Nah, kalaupun jaran goyang ini adalah pengetahuan merah lantaran berkenaan dengan perasaan. Namun lebih diketahui dengan arti mesisan gantet yang berarti sekaligus berhimpun, serta lebih diketahui dengan arti santet untuk orang osing,” kata pria lulusan Kampus Udayana itu.
Dalam Ratu Ning Usada, kajian tentang pengobatan dari penyakit jaran goyang lantas ada. Serta nyata-nyatanya cara tadi simpel serta cuma butuh tempat tanaman tradisionil saja yakni akar tuwung (terong) bolo, akar tuwung kanji serta triketuka (bawang, suna, janggu). Semua bahan itu digigit, setelah itu disemburkan ke orang yang alami hal itu.
Seterusnya dia mengatakan, banyak yang salah kaprah saat lihat satu diantara keluarga atau kawan yang tampil seperti orang edan, justru dibawa ke dokter. Sehabis dokter tidak dapat menyembuhkan, ujung-ujungnya dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ). “Mungkin sehabis orang tahu nyata-nyatanya pengobatannya seringan itu, mereka tidak usah repot buat pergi ke dokter,” tuturnya.