Jangan Buang Waktu Anda Dan Simak Bebeberapa Hal Mengenai Jimat dan Kesaktian - KabarMisteri
loading...
logo

Jangan Buang Waktu Anda Dan Simak Bebeberapa Hal Mengenai Jimat dan Kesaktian

Jangan Buang Waktu Anda Dan Simak Bebeberapa Hal Mengenai Jimat dan Kesaktian



Pada dekade 1950-an daerah Pasar Senen merupakan jantungnya kota Jakarta. Kehidupan disana terus berdenyut sepanjang 24 jam. Di waktu itu, Pasar Senen diketahui sebagai rendezvous-nya seniman-seniman muda yg tengah bangun karir.
Salah satunya seniman yg kerap nongkrong disana waktu itu merupakan Misbach Yusa Biran. Misbach, yg terakhir diketahui jadi sineas serta dokumentator film, begitu akrab dengan Pasar Senen sejak mulai remaja. Disana dia berteman dengan golongan seniman muda yg penuh semangat serta idealisme. Banyak kisah-kisah konyol serta haru mengalir dari pergaulannya dengan Anak Senen itu.

Di Pasar Senen juga Misbach berteman dengan sobat-sobat dari golongan preman. Yg ia mengerti mereka merupakan anggota Geng Cobra serta penganut dari Imam Sjafei, jago Senen yg begitu kondang. Mereka yang ketahui jika Misbach kerja di sektor film lalu meminta membuat film perihal si bos.

Misbach, seperti Anak Senen yang lain, ketahui benar kisah-kisah hebat perihal Bang Pi’i. Lantaran mungkin, Misbach menyanggupi untuk menulis skenarionya.

“Saya coba optimis beliau. Banyak faktor mengapa sejarahnya yg unik itu diabadikan,” kenangnya dalam memoar Kenangan Orang Bandel (2008: 134).

Jago kelahiran Kampung Bangka, Kebayoran Baru itu seolah-olah telah ditakdirkan jadi orang hebat sejak mulai kecil. Kejadian hidupnya ketika kecil sampai jadi jago memang unik. Ayahnya yg bernama Mugeni merupakan jago Senen ketika kolonial serta dikatakan kuasai pengetahuan rawa rontek.
Sayang, sang ayah wafat waktu Bang Pi’i masih berusia empat tahun. Oleh keluarganya, Bang Pi’i lalu diberikan pada Habib Qodir Al-Hadad waktu lalu mengajarinya pengetahuan agama serta bela diri. Setelah itu, Bang Pi’i berkelana untuk perdalam ilmunya. Edi Syafei, salah satunya putra Bang Pi’i, seperti diadukan jurnalis Arbi Sumandoyo dari Merdeka, mengatakan Bang Pi’i sempat juga nyantri di pesantren Kiai Hasyim Asy’ari di Tebuireng, Jombang. Dari sang kiai, Bang Pi’i mendapatkan pengetahuan tapak srigunting.

Di usia 16, Bang Pi’i berkelana hingga sampai Kalimantan untuk berguru bela diri. Sepulang dari Kalimantan itu nama Bang Pi’i mulai diketahui orang jadi jago pilih tanding. Dia kembali lagi Senen serta menaklukkan Muhayar, penguasa Senen waktu itu, sekaligus juga murid pembunuh ayahnya. Sejak mulai itu jago-jago Senen serta golongan preman taat kepadanya.

Gak cuma kondang jadi jago, Bang Pi’i pun seseorang pejuang. Dia pimpin laskar-laskar rakyat berperang menentang Belanda di front Jakarta di akhir 1945. Kejadian perjuangannya banyak juga dilambari perihal ajaib.

Satu kali, semisalnya, dia dapat kabur biarpun telah dibelenggu di truk tahanan Belanda. Atau satu kali dia memburu jip tentara Belanda dengan menunggang kuda. Sepanjang perburuan itu dia ditembaki tetapi gak terluka dikit juga.

“Ketika ia dikepung Belanda di seputar Stasiun Senen waktu malam hari, Pi’i cuma molos saja dari pagar kawat, Belanda tak dapat menyaksikan,” catat Misbach (hlm. 135).

Cerita-cerita demikian semestinya menarik untuk difilmkan. Pada awal 1960-an Misbach sukses menjumpai Bang Pi’i dibantu anak buahnya. Pada Bang Pi’i, Misbach menjelaskan ingin mewawancarainya jadi bahan membuat skenario. Tetapi bukanlah puas, Bang Pi’i jadi menampik.

“Tapi, siapa saat ini orang yg ingin yakin. Ia katakan diriku ngibul,” kata Bang Pi’i pada Misbach (hlm. 135).

Di jaman serba kekinian, beberapa orang memang susah yakin pada cerita-cerita bau gaib jenis itu. Tahu demikian, Bang Pi’i juga ogah di sebut pendusta. Karena sebab itu film perihal dianya sendiri gak sempat terjadi serta cerita-cerita ajaibnya terbenam dilamun waktu.

Tidak tahu benar tidak tahu tak, perihal ajaib yg melingkupi perjalanan hidup jago jenis Bang Pi’i memang selamanya ada. Bahkan juga dia jadi faktor penting yg selamanya memberi warna pribadi seseorang jago. Punyai bentuk dapat bermacam, di mulai dari kebal, gak kasat mata, kapabilitas loloskan diri, atau mungkin berbentuk jimat hoki.
Perihal magis seperti dalam kejadian Bang Pi’i juga berlangsung pada kisah-kisah bandit besar sebelum ia. Sebutlah semisalnya kejadian Ken Angrok yg selamanya selamat dari penangkapan lantaran bisikan dewata atau si Pitung yg kebal peluru. Sejarawan Eric Hobsbawm bahkan juga mengatakan jago atau bandit di pelosok dunia mana juga selamanya dekat sama perihal magis.

“Para perampok Italia punyai jimat yg diridhoi oleh Paus atau Raja, serta merasa diri mereka dibawah perlindungan perawan suci. [...] Mereka yg datang dari dari Timur Laut Brazil mengharap pada orang suci lokal. Di sejumlah orang dengan perampokan yg terlembagakan dengan cara kuat, seperti di Asia selatan serta tenggara, unsur sihir jadi ditingkatkan secara tinggi serta signifikansinya mungkin kelihatan lebih jelas,” catat Hobsbawm dalam Bandit Sosial (2000: 44).

Legitimasi Jago
Hobsbawm mengatakan juga jika kesaktian seseorang jago atau bandit juga bisa bermakna simbolik. Pengetahuan lenyap, semisalnya, dapat bermakna suatu ikatan yg kuat di antara si jago dengan masyarakatnya. Seseorang jago dipandang beresiko cuma oleh otoritas negara, sesaat di golongan rakyat biasa dia sering dipandang pahlawan. Si Pitung semisalnya.
Di jaman kolonial, markas-markas jago atau bandit kebanyakan ada di wilayah rural yg sedikit sulit dicapai aparat. Motif busana yg simple serta metode mereka mengenakan pakaian sama semata dengan petani biasanya. Karena itu itu mereka dengan gampang sembunyi atau membaur dengan penduduk selesai berlaga.

“Dan lantaran tak ada orang yg ingin menyerahkan mereka, dan lantaran mereka tidak bisa dibedakan dari orang biasa, karena itu mereka merupakan sama juga dengan tak tampak,” catat Hobsbawm (hlm. 43).

Tidak hanya pengetahuan gak kasat mata serta kebal, seseorang jago di Jawa biasa kenakan jimat atau primbon untuk membuat lancar laganya. Manfaat jimat dapat bermacam, di mulai dari tingkatkan kapabilitas sampai menidurkan yang menghuni rumah yg bakal dirampok. Pemanfaatan jimat ini begitu biasa di golongan jago-jago Ommelanden Batavia diakhir era ke-19. Bahkan juga waktu tertangkap juga mereka masih yakin jimatnya masih bisa berikan perlindungan.

“Kepemilikan suatu jimat membuat perampok sering berani, begitu juga waktu di pengadilan. Suatu jimat bisa melepaskan pemiliknya dari akibat-akibat sumpah palsu—setidaknya demikianlah maksudnya. Oleh karenanya, jimat-jimat itu tak diinginkan faksi otoritas,” catat Margreet van Till dalam Batavia Waktu Malam: Polisi, Bandit, serta Senjata Api (2018: 112).

Tidak hanya tergantung pada jimat, beberapa jago serta bandit di masa lampau kerjakan kalkulasi dengan primbon. Gunanya untuk memastikan waktu serta tempat mana yg baiknya dituju untuk ada serta melarikan diri.

Tetapi, di atas kegunaan-kegunaan praktis itu, ilmu-ilmu mistik itu merupakan sokoguru dari wibawa serta legitimasi kepemimpinan seseorang jago. Gampangnya, bertambah kuat serta sakti seseorang jago, karena itu dialah yang menjadi pemimpin antara jago-jago lain. Lantaran itu, tidak hanya kuasai silat atau beberapa cara berhadapan, seseorang jago pun mesti punyai pengetahuan spiritual.

Hal jenis ini semisalnya bisa kita lihat dari benggol—sebutan untuk jago di wilayah Surakarta—bernama Suradi Bledeg. Dia merupakan pimpinan benggol kondang ketika Revolusi yg kuasai wilayah lereng Gunung Merapi serta Merbabu. Dia jadi orang penting di golongan pemberontak Merapi Merbabu Complex yg melawan keputusan rasionalisasi serta reorganisasi TNI ala Mohammad Hatta di akhir 1948.

Julianto Ibrahim dalam Bandit serta Pejuang di Simpang Bengawan (2004) mengatakan Suradi Bledeg ketika remaja telah berkelana untuk belajar bela diri. Dia berguru ke Gunung Kidul, Madiun, sampai Kediri. Tidak hanya kapabilitas fisik, dia pun menempa kapabilitas spiritualnya dengan jalani semedi di beberapa makam keramat.

Tidak hanya dengan bekal ilmu-ilmu itu, Suradi mendapatkan popularitasnya dengan membantu penduduk perdesaan. Lantaran dipandang punya ilmu tinggi, dia jadi referensi beberapa orang desa untuk beragam problem. Dari situlah awal mula Suradi Bledeg bangun citra serta kumpulkan penganut.

“Pesona Suradi bukan hanya pada pengetahuan yg tinggi, tampang serta suara yg menakutkan tapi ditambah juga kekuatannya menyampaikan pidato. ‘Pesona’ Suradi itu membuat simpati teman-temannya, sampai-sampai dia diakui untuk jadi benggol atau pemimpin bandit,” catat Julianto (hlm. 228).

Banyak metode yg ditempuh seseorang jago untuk mendapatkan kapabilitas magis. Dalam kejadian Ken Angrok kita merasa kapabilitas magis itu jadi karunia dewata. Juga bisa seperti Suradi Bledeg yg rajin bersemedi atau si Pitung serta Bang Pi’i yg mendalaminya di pesantren.
Di Jawa, dengan cara general beberapa cara seseorang jago mendapatkan kesaktian dikatakan sebagai “laku”. Julianto mengatakan puasa sepanjang waktu spesifik atau bersemedi merupakan metode yg umum dilaksanakan. Tetapi kapabilitas magis sekuat apa pun miliki batasan serta seseorang jago mesti tahu beberapa cara menanganinya.

“Seorang bandit mesti memahami kelemahan-kelemahan ilmunya. Pengetahuan itu bisa hilang kesaktiannya jikalau satu orang bandit terserang sabetan benda spesifik, seperti daun pepaya, daun kelapa yg kering (blarak) atau daun kelor,” catat Julianto (hlm. 225).

Metode lain yg dapat ditempuh seseorang jago untuk mendapatkan kesaktian merupakan mendatangi seseorang dukun. Sejarawan Robert Cribb bahkan juga merasa seseorang jago yg merangkap jadi dukun. Bila satu orang jadi dukun, dia nanti dapat menuntun beberapa jago untuk mendapatkan kesaktian.

“Adalah hal yg umum, semisalnya, seseorang jago serta pengikutnya datang ke Gunung Jatibening di Banten untuk kerjakan ritual buat mendapatkan kebal. Si pemohon berendam di air suci, lalu dibakarlah kemenyan serta dibacakan ayat-ayat Qur’an. Ritual ini dipandang sukses bila dukun yg pimpin ritual tidak berhasil mencincang si pemohon dengan pedang tajam,” catat Cribb dalam Beberapa Jago serta Kelompok Revolusioner Jakarta (2010: 225).

Tetapi masalah jago pergi ke dukun sebetulnya gak hanya terbatas pada soal-soal sihir. Mantra pemikat serta penguat hasrat seksual merupakan hal-hal lain yg biasa diperintah seseorang jago dari dukun. Lewat dukun juga seseorang jago dapat mengharap kapabilitas gaib untuk membinasakan lawannya.

Perihal yg berkenaan dengan kemachoan serta kapabilitas seksual memang penting untuk mengawasi citra serta kesetiaan penganut. Serta yg gak kalah penting juga untuk seseorang jago merupakan kalkulasi primbon sebelum berlaga.

“Dengan kalkulasi yg ruwet, seseorang jago bukan hanya bisa mengira-ngira apa laganya bakal sukses, akan tetapi dia juga paham kapan dianya sendiri mesti pergi serta dari arah mana dia mesti mendatangi targetnya,” catat Cribb (hlm. 25).

Seberapa jauh signifikansi kapabilitas magis itu untuk kesuksesan tindakan seseorang jago memang sumir. Begitu juga dengan fakta atau tidaknya dampak kapabilitas jenis itu. Tetapi, seperti kejadian Bang Pi'i, perihal magis merupakan unsur ta

Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact