KEHIDUPAN penduduk era dulu privat di tanah Jawa gak dapat dilepaskan dengan kehadiran pusaka. Tidak cuman jadi alat untuk senjata pertahanan diri, kehadiran pusaka akan diyakini bisa menaikkan pamor pemiliknya.
Pusaka keramat punya pendekar-pendekar tanah Jawa waktu itu gak asal dibikin demikian saja. Sekelompok ritual serta sesaji kudu dijalani beberapa Pandebesi (pembuat senjata) untuk membuahkan pusaka memiliki kualitas jagoan. Bahkan juga sejumlah pusaka salah satunya terbentuk dari prosos di luar logika yg gak dapat dicapai logika manusia.
Pusaka-pusaka itu konon diyakini miliki kekuatan magis di dalamnya sampai waktu digunakan akan bisa taklukkan musuh dalam waktu relatif cepat. Beberapa pusaka yg melegenda itu sejumlah salah satunya masih tertangani secara baik, akan tetapi gak dikit juga yg udah alami penurunan dirawat oleh beberapa pewarisnya.
Tersebut tujuh pusaka yg melegenda di tanah Jawa :
Ontokusumo
Benda ini sebagai satu kain berupa rompi. Konon rompi ini sebagai peninggalan dari Nabi Muhammad yg diwariskan dengan cara turun temurun serta sampailah ke tangan Sunan Kalijaga.
Ontokusumo diperoleh Sunan Kalijaga seusai dia khatam Al Quran saat malam Jumat legi. Waktu itu Sunan Kalijaga berbarengan wali lain tengah bergabung di Masjid Agung Demak serta mendadak mengalami sepucuk surat yg berisikan pesan apabila dia akan mendapatkan hadiah berwujud rompi terbuat dari kulit kambing peninggalan Nabi Muhammad.
Keris Kyai Carubuk
Pusaka Sunan Kalijaga ini berwujud keris bernama Kyai Carubuk. Keris luk (lekuk) 17 ini dibikin oleh teman dekat Sunan Kalijaga bernama oleh Empu Supa Mandagri, satu orang Pandebesi kenamaan dari Kerajaan Majapahit.
Waktu membuatnya konon Sunan Kalijaga cuma menyerahkan bahan mentah berwujud besi seukuran biji salak. Dengan keahlian serta kemampuan kanuragan yg dipunyai Empu Supa Mandagri selanjutnya keris itu bisa kelar di garap.
Kyai Carubuk ini ditempa dengan bara dari sumber api langgeng Merapen di Godong, Kabupaten Grobogan, Jateng. Konon Empu Supa Mandagri membuat Kyai Carubuk ini bukanlah dengan alat pemukul akan tetapi cuma menekan-nekan besi gunakan jari tangannya.
Tongkat Kalimasada
Sunan Kalijaga mempunyai satu tongkat yg tetap setia temani tiap-tiap pengembaraannya. Dari tongkat ini banyak momen di luar logika berlangsung, seperti terciptanya mata air atau timbulnya api dari dalam tanah seusai benda pusaka itu ditancapkan ke bumi.
Konon tongkat warna hitam punya Sunan Kalijaga datang dari kayu Kalimasada. Pohon kayu Kalimasada ini datang dari Pulau Karimunjawa, Jepara, Jateng.
Keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek
Keris ini sebagai pusaka penting di lingkungan Kraton Yogyakarta. Pusaka ini cuma digenggam oleh Sultan yg tengah bertahta di Kraton Yogyakarta. Keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek ini pralambang Sultan jadi pemimpin rohani serta duniawi.
Keris Kanjeng Kyai Joko Piturun
Pusaka ini ada pada barisan ke-2 dunia keris di lingkungan Kraton Yogyakarta. Kanjeng Kyai Joko Piturun akan diserahkan kepada putera mahkota Kraton Yogyakarta. Disebut keris ini sempat dipunyai Sunan Kalijaga yg ditempa oleh pande besi kenamaan di Kerajaan Demak.
Tombak Kanjeng Kyai Pleret
Kanjeng Kyai Pleret sebagai tombak punya Danang Sutowojoyo atau Panembahan Senopati pendiri Kraton Mataram (saat ini berubah menjadi Kraton Yogyakarta). Konon Kanjeng Kyai Pleret ini sebagai sperma dari Syeh Maulana Maghribi. Waktu itu Syeh Maulana Maghribi gak berniat lihat adik wanita Sunan Kalijaga, Rasa Wulan yg tengah mandi di Sendang Beji.
Sperma Syeh Maulana Maghribi lantas menetes ke air sendang sampai selanjutnya Rasa Wulan berubah menjadi hamil. Tetesan lainnya mendadak mengeras dan beralih bentuk berubah menjadi satu mata tombak yg lantas dinamakan Kanjeng Kyai Pleret.
Tombak Kanjeng Kyai Baru Klinting
Pusaka ini berwujud tombak bernama Kanjeng Kyai Baru Klinting. Tombak sakti ini sempat digunakan satu orang abdi dalam kraton bernama Ki Nayadarma untuk menumpas pembrontakan yg di pimpin Adipati Pati Pragola.
Tombak ini sebagai titisan dari Naga Baru Klinting. Ki Ageng Mangir Wanabaya yang disebut ayah Baru Klinting beri hukuman anaknya yg berujud ular naga itu untuk mengitari Gunung Merapi.
Tinggal kurang dikit Baru Klinting sukses mengitari Merapi. Agar bisa kepalanya bisa sentuh ekor, Baru Klinting lalu menjulurkan lidahnya.
Hal tersebut gak digemari Ki Ageng Mangir Wanabaya serta mengangap anaknya sudah lakukan perbuatan nakal. Ki Ageng Mangir Wanabaya lalu memangkas lidah itu sampai akhirnya berubah menjadi sebuahn pusaka mata tombak. (Van)